22 November 2008

Jateng, PGOT Terus Bertambah

BERITA
Semarang, 21 November 2008
Jateng,
PGOT Terus Bertambah
Oleh Anindityo Wicaksono

(Sumber gambar: http://si-wahyu.blogspot.com)

(ANTARA) - Jumlah pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT) di Jawa Tengah terus bertambah tiap tahunnya.

Menurut Soemarso, Koordinator Staf Tata Usaha Panti Karya Persinggahan Margo Widodo Semarang, jika di tahun 2005 jumlah PGOT warga binaan panti itu 336 orang, 2006 meningkat dua kali lipat menjadi 637 orang.

"Januari 2006 kami menerima 26 orang, Januari 2008 meningkat menjadi 38. Penggolongannya, yakni pengemis 15 orang, lansia (2), sakit jiwa/terlantar (9) , kehabisan bekal di jalan (11), dan serah diri (1)," katanya.

Jumlah itu hanya angka penerimaan masuk, belum termasuk binaan sisa bulan sebelumnya. "Untuk saat ini, total jumlah PGOT yang dibina berjumlah 110 orang. Untuk jenis kelamin, laki-laki 69, perempuan 41. Untuk usia, tertua 50 tahun, dan paling muda 10 tahun", jelasnya.

Dia menjelaskan, setiap orang yang masuk ke panti dari operasi penertiban sosial atau serah diri, akan diseleksi dulu. Mereka yang dibina hanyalah yang dapat menyertakan surat keterangan dari kelurahan atau kepolisian.

Hal ini dilakukan agar pembinaan mendapat payung hukum yang sah. Selain itu, untuk menghindari penyalahgunaan panti dijadikan tempat berlindung bagi apra pelaku-pelaku kehjahatan yang buron.

"Setelah PGOT masuk ke sini, kami tampung sementara,. Mereka lalu kami salurkan ke panti-panti lain sesuai penggolongannya. Margo Widodo berkoordinasi dengan 26 panti dan instansi terkait di Jawa Tengah yang menjadi tempat rujukan binaan.

"Semisal, untuk lansia, disalurkan ke panti wredha (PW), orang-orang terlantar ke panti karya (PK), eksikotik (pasca-psikotika) ke panti tunalaras (PTL)", jelas Soemarso.

Untuk pasien binaan dari Kota Semarang, panti ini berkoordinasi dengan PTL Ngudi Rahayu, PK MArdi Utomo, PW Pucang Gading, PA Taman Harapan, RS Kariadi, dan RS Tugurejo.

Keterampilan

Dia mengatakan, di panti berdaya tampung 150 orang ini, PGOT dibina berdasarkan potensi mereka. "Kami memberikan bimbingan sosial, fisik, mental, dan keterampilan sebelum mereka diserahkan ke keluarganya," ujarnya.

Untuk keterampilan, para binaan diajarkan antara lain membuat tempe, paving block, keset, hingga servis sepeda motor. Diharapkan, setelah dibekali keterampilan, mereka bisa mendapatkan pekerjaan layak ataupun bekerja mandiri.

Untuk itu, Soemarso mengharapkan partisipasi seluruh masyarakat untuk dapat mengurangi angka PGOT yang semakin bertambah.

"Imbauan Pemkot agar warga tidak memberi di jalan, sangat bijak. Memberi uang itu tidak mendidik, membuat orang malas bekerja. Jika hendak beramal, lebih baik berikan kepada yayasan-yayasan sosial atau badan-badan amil zakat yang terpercaya," tuturnya.

Panti Margo Widodo berdiri pada 1950 dan berada di bawah naungan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Jawa Tengah. Berdasarkan Perda Propinsi Jawa Tengah 2 April No 1/2002, panti ini merupakan panti persinggahan yang menjadi tempat pembinaan sementara dengan klasifikasi Tipe B.

0 komentar:

Posting Komentar