06 April 2009

Jangan Takut Negosiasi Gaji

BERITA
Semarang, 5 April 2009
Jangan Takut Negosiasi Gaji
Oleh Anindityo Wicaksono
(Sumber gambar: http://workexposed.files.wordpress.com)

DALAM proses wawancara kerja, para pelamar tidak perlu takut menyebut jumlah gaji yang diinginkan karena hal ini justru dapat menjadi nilai tambah pelamar di mata pewawancara.

Demikian disampaikan Training Officer Oto Finance, Darmawan Ajari Purba, kepada peserta pembekalan pra-alumni yang diadakan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) FISIP Universitas Diponegoro Semarang, di gedung perpustakaan lantai 2 FISIP Undip, Sabtu (4/4).

Dia mengatakan, masalah gaji memang persoalan yang kompleks bagi pelamar, khususnya para fresh graduate. "Mau menyebut, takut dikira mata duitan. Kalau tidak, malah runyam di tengah-tengah masa kerja," tandas alumnus FISIP Undip Jurusan Administrasi Niaga lulusan tahun 2005 itu.

Dengan berani menyebutkan jumlah gaji yang diinginkan, tambahnya, pelamar akan mendapatkan kesan positif dari pewancara. Pelamar dianggap punya nilai lebih dan mengetahui kapasitas dan kemampuan dirinya sendiri.

Selain itu dia mengingatkan, pelamar harus memperhatikan bahasa tubuh (gesture) saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan pewawancara. Pasalnya, kriteria lolos tidaknya seorang pelamar kadang amat subyektif. Di luar baik tidaknya jawaban yang dilontarkan, kesan pertama pelamar yang ditangkap pewawancara juga amat menentukan.

"Saat mewawancara pelamar, saya sangat mengharapkan jawaban yang lugas dan tidak 'mbulet'. Sikap tubuh pelamar yang gelisah mudah dikenali, seperti menggerak-gerakkan kakinya, memainkan kuku, atau nada suara lemah dan bergetar. Tipe pelamar seperti ini cepat tersingkir karena menyiratkan kurang percaya diri," ungkapnya mencontohkan.

Saat ini persaingan mencari kerja semakin ketat. Dia menceritakan ketika perusahaannya menggelar perekrutan karyawan model walk-in-interview dalam suatu bursa kerja di UGM Yogyakarta medio Maret 2009, pesertanya mencapai seribuan orang. Padahal saat itu pihaknya hanya mencari lima orang.

"Bisa dibayangkan bagaimana lelahnya proses itu bagi pewawancara. Maka tak heran, seringkali yang lolos, yang paling terlihat beda. Artinya, meski isi jawabannya tak jauh beda dengan pelamar lain, orang ini menunjukkan karisma, antusiasme, dan dapat menjawab dengan lugas dan tenang," ujar pria asal Pematang Siantar, Sumatera Utara, ini.

Menurut Ketua Penyelenggara, Oktavia Ruth Prawidiasari, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2006, kegiatan ini bertujuan membekali para calon wisudawan sebelum memasuki persaingan mencari kerja yang kian ketat. "Selain kiat lolos wawancara kerja, mereka juga diajarkan bagaimana memilih bidang kerja yang sesuai, mencari lowongan, dan membuat surat lamaran dan CV yang efektif," katanya.

Sotar Tohab, calon wisudawan Ilmu Komunikasi, mengatakan kegiatan seperti ini amat bermanfaat baginya yang akan diwisuda periode April 2009 ini. Menjelang wisuda, dia mengaku belum tahu betul bagaimana menghadapi wawancara kerja. Juga bagaimana membuat surat lamaran dan CV yang efektif dan mampu memikat perusahaan.

"Selama ini saya hanya mencontoh yang dibuat teman atau dari buku. Meski banyak pilihan, saya masih belum yakin surat lamaran dan CV seperti apa yang benar-benar efektif meyakinkan perekrut," tuturnya. (*)

0 komentar:

Posting Komentar