19 Oktober 2008

Jalan Panjang Bu Guru Gruwell

FILM
Semarang, 10 Oktober 2008

Jalan Panjang Bu Guru Gruwell
Oleh Anindityo Wicaksono


BANYAK hal didapat dari film Freedom Writers (2007), sinema besutan sutradara Richard LaGravenese. Awalan film yang digawangi Hilary Swank, Patrick Dempsey, dan Scott Glenn ini cukup cukup menggugah. Mengenai kehidupan di SMA Long Beach, California, sekolah tempat anak-anak bermasalah yang terlibat perkelahian antargeng.

Sinema yang mengadaptasi buku best seller The Freedom Writers Diary ini mengisahkan sekelumit dinamika kehidupan geng ini terbentuk atas dasar kesamaan ras. Suasana ini amat terlihat di waktu istirahat sekolah. Ada geng ras Asia (kebanyakan Kamboja), kuilt putih, kulit hitam, hingga Latin.

Masing-masing geng saling mempertahankan kedudukan dan eksistensinya. Banyak kasus perkelahian antargeng yang bermula dari kejadian-kejadian sepele: olokan perbedaan ciri tubuh dan perebutan wilayah. Namun, tingkat kenakalan yang anak-anak umur 13-15 tahun sudah sangat mencemaskan. Mereka tak segan-segan menggunakan senjata api dalam perkelahiannya. Bahkan ada anak yang selalu membawa pistol hingga dalam kelas, tersembunyi di balik bajunya.

Adalah Erin Gruwell (Hillary Swank), guru baru bahasa Inggris, yang ditugasi mengajar kelas bahasa Inggris di kelas 203 , kelas para murid bermasalah. Berbagai kejadian tak mengenakkan terjadi pada guru baru ini di awal-awal masa mengajarnya. Saling mencela antarmurid, tak mendengarkan pelajaran, hingga saling membuat olokan yang menjatuhkan atas nama perbedaan ras. Baru beberapa hari mengajar, Ibu Guru Gruwell melihat penyerangan geng di sekolahnya.

Hal ini akibat unsur kekerasan yang memang tak lepas dari kehidupan mereka. Kehidupan sehari-hari yang tak jauh dari keributan antargeng hingga kekerasan rumah tangga, amat berperan membentuk karakter keras meraka.

Mengerti

Gruwell adalah sosok optimistis. Ia percaya keadaan ini dapat dirubah untuk memberi mereka harapan hidup yang lebih baik. Walau mengubah mereka adalah persoalan yang tak mudah, seperti diyakini semua guru hingga kepala sekolahnya sendiri, ia tetap tak undur diri.

Sebelum mereka menjadi diri sendiri dan bijak merayakan perbedaan, mereka akan selamanya menjadi pembenci yang tak bisa berdamai dengan masalalu.

Cerita film ini terjalin begitu bagus. Diceritakan bagaimana usaha Gruwell menyatukan mereka, walau terus mendapat pertentangan dari sana-sini. Awalnya, dia suka membuka kelas dengan bahan-bahan yang tak jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Dia menggunakan album-album rapper Tupac Shakur dan Snoop Dog untuk memancing ketertarikan mereka pada pelajaran bahasa.

Ia menunjukkan bahwa pengertian adalah awal dari kepercayaan. "Mengerti lebih dulu, baru minta dimengerti" adalah prinsip ia pegang dalam mengajar anak-anak tipe bermasalah.

Berbagai pola terus ia kembangkan untuk mempersatukan mereka, kunci utama yang ia yakini demi kegiatan mengajar dapat berjalan. Dikisahkan bagaimana Gruwell membuat satu permainan, yang menurut saya amat brilian.

Pertama, ia membuat satu garis merah di tengah-tengah ruangan yang membagi kelas menjadi dua bagian. "Peraturannya sederhana, kalian dapat maju hingga garis merah jika saya membuat pernyataan yang kalian anggap sesuai dengan kalian," katanya riang menjelaskan peraturan permainan.

Ia sengaja membuat semua pertanyaan seputar kehidupan anggota geng. Semisal: "Siapa di antara kalian yang pernah memiliki teman yang mati akibat perkelahian geng, silahkan maju." atau "siapa yang memiliki teman yang dipenjara akibat perkelahian geng, atau bahkan kalian sendiri."

Pernyataan-pernyataan Gruwell ini ternyata mampu membuat para murid menyadari bahwa ada banyak kesamaan di antara mereka, terlepas perbedaan ras yang ada. Akhirnya mereka menyadari, bagaimana persoalan kekerasan dan perkelahian yang amat membekas dalam kehidupan mereka, ternyata turut dirasakan semua anak.

Setelah kebersamaan perlahan mulai terjalin di antara para-murid, Gruwell mengenalkan para murid pada buku Catatan Harian Anne Frank, Autobiografi terbitan tahun 1947 ini mengenai seorang anak yang lolos dari kekejaman rezim Nazi. Dari buku ini, ia hendak mengajarkan: dalam keadaan bagaimanapun, seburuk apapun, harapan akan perubahan tak akan pernah sia-sia.

Keterbatasan

Film ini amat menyentuh sisi kemanusiaan kita. Ia mampu menginspirasi dan menggugah kesadaran arti penting mengerti dahulu sebelum kita hendak dimengerti.

Betapa suatu tindakan kecil ternyata mampu mengubah kehidupan. Seperti Gruwell yang menanamkan rasa aman pada murid dengan membuat mereka lebih dulu percaya padanya. Dia menggugah para murid, mereka bisa memutuskan masa depannya sendiri.

Saatnya mereka memilih: mati sia-sia demi kejayaan geng, atau mengembangkan diri dan berpotensi menjadi satu-satunya orang dalam keluarga yang menyelesaikan sekolah. Di bagian akhir, ada epilog: sebagian besar dari para murid mampu lulus dengan angka yang memuaskan, bahkan tak sedikit yang melanjutkan hingga pendidikan tinggi.

Bagi saya, selain beberapa kali membuat mata saya 'brambang' alias berkaca-kaca, film ini makin meneguhkan niat mimpi saya dalam meraih kehidupan. Penolakan bukanlah tanda-tanda langit bakal runtuh.

Seperti tindakan Gruwell, keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya. Dari semua tindakan beraninya, ia menyiratkan keterbatasan dan penolakan hanyalah bagian dari proses pembentukan diri. Ia menguji kesungguhan kita dalam perjuangan hidup, dan sejauh mana keteguhan hati kita memperjuangkan apa yang kita anggap benar.

Dalam bukunya, Seven Habits of Highly Effective People, Stephen Covey membuat pernyataan yang amat bagus tentang hal ini. "TUHAN tahu menempatkan harga yang paling pas pada setiap anugerah yang IA sediakan bagi kita." Masalahnya, katanya, seberapa jauh kita mau membayar harga itu?

Benar juga kata Alexander Supertramp di film Into The Wild: "Jika akal ini dibatasi, kehidupan akan terhenti." Jika kita mampu menggunakan akal ini sebaik-baiknya, lanjutnya, akan ada banyak pintu yang tak terduga akan terbuka bagi kita.

1 komentar:

  1. aku pernah ketemu sama yang namanya erin. dia bule, tapi fasih bahasa indonesianya...yang aku curiga, apa dia itu erin kayak difilm itu ya, soalnya dia bilang dia mengajar sekolah smp di semarang dengan gratis.dia bilang dari kanada.suka travelling, dan sekarang mau ke gunung bromo.tapi nama lengkapnya aku gak tenye.capek deh....dia ngenet diwarnet dengan membawa perlengkapan backpakernya...ato jangan-jangan dia itu agen intelijen ya,.soalnya katanya dia pernah jalan2 di medan,padang,jawa, n bali plus borneo...wekss......aku cari diinternet namanya erin tapi gak ada..yang ada ya erin kayak diartikel ini..persis profil dia...aneh

    BalasHapus